Kamis, 13 September 2007

MARON DAN AKU POENYA CERITA…….

Semarang, September 8 ’07. Sabtu sore hari. Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB. Motor kulaju menuju rumah Ayu. Sehari sebelumnya kita udah janjian mo wisata pantai. Dia bilang, “Semarang poenya pantai lho…. “. Seru juga. Seumur-umur aku hidup di Semarang, pantai Marina ato Tanjung Mas yang kukenal. Ternyata yang ini lain.

Perjalanan dari Manyaran, di mana Ayu tinggal saja udah sangat indah. Apalagi ke pantai sob… pasti tambah menyenangkan. Sob, perjalananku mulai masuk daerah Graha Padma. Salah satu perumahan elite di kawasan utara kota Semarang. Dari situ jalan yang kulai mulai tidak rata dan berdebu. Maklum sepertinya kawasan itu belum jadi seluruhnya. Tak mengapalah batinku berucap. Pelan tapi pasti, tempat tujuan hampir tergapai. Menyusuri tambak-tambak berair, cukuplah menjadi kata pengantar untuk cerita pantai yang akan terbangun nanti.

Sob, masuklah kita di kawasan pantai MARON. Orang-orang bilang demikian untuk tujuan wisata yang satu ini. Sebagai karcis masuk, kita cukup membayar 2 ribu rupiah untuk motor dan 5 ribu rupiah untuk mobil. Sangat murah menurutku, sob. Debur ombak di pantai mulai terdengar ibarat alunan gita surgawi. Dan gita itu memanggil kita untuk cepat larut di dalamnya. Benar sob, sangat indah. Pantai berpasir, meski tidak bisa dibilang pasir putih. Pasir di pantai MARON adalah pasir hitam. Tetap saja sob pantai itu bisa menarik pengunjung yang berlimpah. Ramai juga sob, sore itu.

Alas kakiku lepas, sehingga telapak kakiku dapat merasakan gelitik pasir-pasir pantai. Ditemani Ayu gadis di sisiku. Subhanallah, Maha Suci Allah. Sob, suasana itu, sedikit mengingatkanku masa SMA dulu. Di Kuta Bali, aku pernah berwisata. Semi nostalgia ceritanya sob. Sama-sama di pantai, sama-sama pantai berpasir, sama-sama sore hari. Yang beda hanya saat itu aku di Bali dan saat ini aku di Semarang. Saat itu aku di Kuta, saat ini aku di Maron.

Lamunanku mendadak terhenti karena sebuah perahu wisata menarik mataku. Aku berujar, “Kayaknya asyik nih naik perahu Ay….”. Dan Ayu, “Woke….” Dengan berbasah-basah celana, kita menuju perahu yang sedang merapat itu. Petugas perahu berteriak, “Ya dua penumpang lagi, berangkat……”. Terlihat perahu telah dinaiki beberapa pengunjung. Kebetulan sekali kita pas berdua sob. “Berapa pak satu orang?” tanyaku. “Tiga ribu mas.”, jawab petugas perahu. Jadi deh kita naik perahu itu. Dan kita duduk di bangku nomor dua dari depan. Wuih…asyiknya…..

Mesin perahu menyala. Perjalanan wisata susur pantai dimulai. Ombak pantai mengiringi perjalanan ini. Seketika itu juga, kegiatan berfoto ria menjadi kegiatan favorit. Perahu menjauhi bibir pantai terus merangkak pelan bak kura-kura. Pelan, pelan dan pelan, sehingga kita bisa menikmati perjalanan itu. Gelombang air yang tersapu angin mengajak kita berdansa. Bagi yang biasa “dugem” pasti tak asing dengan alunan musik DJ. Dengan siraman lampu disko. Dengan tarian-tarian sesuka hati. Dan perjalanan inilah ibarat itu semua. Hanya saja alunan musik DJ diganti dengan deru mesin perahu. Dan siraman lampu disko diubah dengan cahaya matahari sore. Dan tarian sesuka hati itu, adalah saat ombak menggoyang perahu.

Hampir 20 menit berlalu dan kembali perahu kita merapat di bibir pantai. Tepat di saat matahari hampir terbenam. Sunset….. kembali kita berfoto mengabadikan indahnya sore itu. Matahari yang biasanya terik, saat itu memancarkan sinarnya dengan lembut. Seolah ingin memamerkan dirinya yang cantik. Tapi memang sangat cantik sob sunset saat itu. Pelan tapi pasti sinarnya mulai hilang ditelan awan. Pertanda hari mulai berganti malam. Sungguh indah perjalanan itu sob. Ternyata Semarang poenya tempat wisata yang lengkap. Ada gunung ada laut, Ada hutan ada kebun binatang. Bangga juga sob kita dilahirkan di kota loenpia ini.

Kenangan indah dan tak terlupakan.

1 komentar:

Kohar Razak mengatakan...

maroon wae nulise biar yang searching di google ketipu