Kamis, 13 September 2007

BUNG ANWAR, SELAMAT DATANG……MARI MENANG……BIKIN SENANG

Indonesia doeloe poenya poejangga. Pada masa perjuangan dulu, sang pujangga mengukir kata penggugah asa. “Indonesia pasti merdeka”, sang pujangga selalu teriakkan. Dengan tinta emasnya, sang pujangga menulis bait-bait pemompa daya juang. Karena memang saat itu, Indonesia sedang berjuang. Indonesia sedang perang melawan penjajah. Indonesia mencari merdeka. Dan senjata tak hanya bedhil atau bom semata. Puisi-puisi karya sang pujangga juga bisa menjadi bom yang kekuatannya bisa diibaratkan nuklir yang meledak di Nagasaki dan Hiroshima. Rima yang tersusun bahkan bisa lebih tajam dari pisau belati Si Pitung. Dan untaian makna yang diikat dalam kata bisa lebih tajam dari bamboo runcing pejuang bangsa. Dan ketika karya pujangga dibaca, mudahlah merasuk jiwa menerobos ruang arteri para pembela bangsa hingga mendarahdaging selamanya. Dan ini bisa mempengaruhi otak dan rasa mereka sehingga akan melahirkan semangat juang yang tinggi untuk dapat menang. Dan sang pujangga itu adalah Chairil Anwar.

Dan Semarang masa kini punya cerita. Dunia sepak bola ibarat perang Baratayudha. Liga Jarum Indonesia menjadi medan laga untuk unjuk gigi. Lapangan hijau menjadi saksi bisu sengitnya pertarungan bola yang terjadi. Satu tujuan yang ingin dicapai, menjadi juara. Klub-klub mengatur strategi. Klub-klub mengeluarkan senjata pamungkas. Klub-klub meracik ilmu untuk bekal para pemain. Mental tandingnya diasah agar membaja. Klub-klub di bawah jendral-jendral bertangan dingin, baik itu pelatih lokal atau luar negeri. Termasuk di sana PSIS Semarang. Persatuan Sepakbola Indonesia Semarang. Laskar Mahesar Jenar. Klub kebanggaan warga kota bandeng presto. Dan sang jendral para laskar Mahesa Jenar adalah Sartono Anwar.

Iya, Jatidiri Semarang, September 12 ’07, kembali berpesta. PSIS Semarang menang lagi. Main di kandang melibas PSDS Deli Serdang 1 – 0. Dan hari itu adalah pertandingan ke-4 bagi bang Anwar. Dan kesemuanya menoreh hasil bagus. Sejak menjabat pelatih PSIS Semarang, ialah saat PSIS melakukan partai tandang ke Semen Padang, Bang Anwar selalu berhasil membawa poin. Saat itu, Semen Padang berhasil ditahan 0 – 0. Lanjut pada laga tandang berikutnya, PSIS dijamu Persija Jakarta. Dan kembali bang Anwar berhasil mencuri poin. Menahan imbang Persija 2 – 2. Dan dua laga terakhir sebelum libur puasa Ramadhan juga berhasil dimaksimalkan oleh bang Anwar. September 9 ’07, PSIS menghajar Persiraja dengan skor telak 5 – 0. Sangat luar biasa.

Iya, bang Anwar is back. Publik Semarang sepertinya dapat menggantungkan prestasi PSIS kepadanya. Masih segar dalam ingatan bagaimana bang Anwar berhasil membawa PSIS juara perserikatan pada tahun 1987 di mana saat itu PSIS berhasil mengalahkan Persebaya Surabaya di final. Dan kini, polesan tangan dinginnya diharapkan mampu meningkatkan prestasi PSIS. Toh pemain yang dimiliki sebenarnya cukup mumpuni. Ada Julio Lopez dan Igor di striker. Ada Khusnul Yaqien, Indrianto Nugroho, Joao Carlos, Marthin Tao di barisan tengah yang sekaligus menjadi playmaker. Di sayap PSIS punya Hari Salisburi dan M. Ridwan yang notabene mempunyai daya juang tinggi. Dan barisan pertahanan PSIS juga dihuni pemain-pemain berkualitas seperti Maman Abdurahman, Zoubaeru, Idrus Gunawan, Modestus Setiawan, Kahudi Wahyu, Danny Rumba. Sebagai palang terakhir, PSIS punya penjaga gawang handal I Komang Putra.

Iya, Semarang bisa berharap. Semarang boleh berharap. Tangan dingin bang Anwar bisa memberi prestasi nyata untuk PSIS. Laskar Mahesa Jenar, berjuanglah. Kita selalu berdoa untukmu. Caaaaayyyoooooooo…………

MARON DAN AKU POENYA CERITA…….

Semarang, September 8 ’07. Sabtu sore hari. Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB. Motor kulaju menuju rumah Ayu. Sehari sebelumnya kita udah janjian mo wisata pantai. Dia bilang, “Semarang poenya pantai lho…. “. Seru juga. Seumur-umur aku hidup di Semarang, pantai Marina ato Tanjung Mas yang kukenal. Ternyata yang ini lain.

Perjalanan dari Manyaran, di mana Ayu tinggal saja udah sangat indah. Apalagi ke pantai sob… pasti tambah menyenangkan. Sob, perjalananku mulai masuk daerah Graha Padma. Salah satu perumahan elite di kawasan utara kota Semarang. Dari situ jalan yang kulai mulai tidak rata dan berdebu. Maklum sepertinya kawasan itu belum jadi seluruhnya. Tak mengapalah batinku berucap. Pelan tapi pasti, tempat tujuan hampir tergapai. Menyusuri tambak-tambak berair, cukuplah menjadi kata pengantar untuk cerita pantai yang akan terbangun nanti.

Sob, masuklah kita di kawasan pantai MARON. Orang-orang bilang demikian untuk tujuan wisata yang satu ini. Sebagai karcis masuk, kita cukup membayar 2 ribu rupiah untuk motor dan 5 ribu rupiah untuk mobil. Sangat murah menurutku, sob. Debur ombak di pantai mulai terdengar ibarat alunan gita surgawi. Dan gita itu memanggil kita untuk cepat larut di dalamnya. Benar sob, sangat indah. Pantai berpasir, meski tidak bisa dibilang pasir putih. Pasir di pantai MARON adalah pasir hitam. Tetap saja sob pantai itu bisa menarik pengunjung yang berlimpah. Ramai juga sob, sore itu.

Alas kakiku lepas, sehingga telapak kakiku dapat merasakan gelitik pasir-pasir pantai. Ditemani Ayu gadis di sisiku. Subhanallah, Maha Suci Allah. Sob, suasana itu, sedikit mengingatkanku masa SMA dulu. Di Kuta Bali, aku pernah berwisata. Semi nostalgia ceritanya sob. Sama-sama di pantai, sama-sama pantai berpasir, sama-sama sore hari. Yang beda hanya saat itu aku di Bali dan saat ini aku di Semarang. Saat itu aku di Kuta, saat ini aku di Maron.

Lamunanku mendadak terhenti karena sebuah perahu wisata menarik mataku. Aku berujar, “Kayaknya asyik nih naik perahu Ay….”. Dan Ayu, “Woke….” Dengan berbasah-basah celana, kita menuju perahu yang sedang merapat itu. Petugas perahu berteriak, “Ya dua penumpang lagi, berangkat……”. Terlihat perahu telah dinaiki beberapa pengunjung. Kebetulan sekali kita pas berdua sob. “Berapa pak satu orang?” tanyaku. “Tiga ribu mas.”, jawab petugas perahu. Jadi deh kita naik perahu itu. Dan kita duduk di bangku nomor dua dari depan. Wuih…asyiknya…..

Mesin perahu menyala. Perjalanan wisata susur pantai dimulai. Ombak pantai mengiringi perjalanan ini. Seketika itu juga, kegiatan berfoto ria menjadi kegiatan favorit. Perahu menjauhi bibir pantai terus merangkak pelan bak kura-kura. Pelan, pelan dan pelan, sehingga kita bisa menikmati perjalanan itu. Gelombang air yang tersapu angin mengajak kita berdansa. Bagi yang biasa “dugem” pasti tak asing dengan alunan musik DJ. Dengan siraman lampu disko. Dengan tarian-tarian sesuka hati. Dan perjalanan inilah ibarat itu semua. Hanya saja alunan musik DJ diganti dengan deru mesin perahu. Dan siraman lampu disko diubah dengan cahaya matahari sore. Dan tarian sesuka hati itu, adalah saat ombak menggoyang perahu.

Hampir 20 menit berlalu dan kembali perahu kita merapat di bibir pantai. Tepat di saat matahari hampir terbenam. Sunset….. kembali kita berfoto mengabadikan indahnya sore itu. Matahari yang biasanya terik, saat itu memancarkan sinarnya dengan lembut. Seolah ingin memamerkan dirinya yang cantik. Tapi memang sangat cantik sob sunset saat itu. Pelan tapi pasti sinarnya mulai hilang ditelan awan. Pertanda hari mulai berganti malam. Sungguh indah perjalanan itu sob. Ternyata Semarang poenya tempat wisata yang lengkap. Ada gunung ada laut, Ada hutan ada kebun binatang. Bangga juga sob kita dilahirkan di kota loenpia ini.

Kenangan indah dan tak terlupakan.

SEDEKAH ITU INDAH

Sob, sore itu, September 7 ’07, remote TV ku hentikan menekannya di satu channel TV swasta. Sore itu, ada acara yang mengelitik ruang batinku. Sore itu, TV swasta itu menanyangkan acara religi. Sore itu, langsung saja kusimak siraman ruhani di senja hari. Sore itu, Ustad Yusuf Mansyur bercerita banyak tentang Islami. Beliau adalah salah seorang ustad terkenal di negeri ini.

Sob, sore itu Ustad Yusuf Mansyur membahas soal sedekah. Sob, aku coba certain lagi ya apa yang kusimak. Jadi gini sob, Ustad Yusuf Mansyur mengilustrasikan ceritanya tentang sedekah dengan mengambil cerita dari dua orang pemuda. Sebut saja pemuda pertama bernama Adi. Sedangkan pemuda kedua bernama Ali. Keduanya telah bekerja sehingga hidupnya bisa mereka gantungkan dari pendapatan bulanan mereka. Kebetulan keduanya memiliki keinginan yang sama, ingin mempunyai motor. Harga motor itu satu juta rupiah.

Sob, Adi berusaha mempunyai motor dengan menyisihkan seratus ribu rupiah dari total pendapatannya tiap bulan untuk ditabung di bank. Dia juga giat bekerja keras untuk mewujudkan keinginannya. Terus begitu tiap bulan selama sepuluh bulan lamanya. Akhirnya dia berhasil membeli motor itu.

Berbeda dengan Adi, Ali sebenarnya juga menabung. Tetapi dia menabung di tempat yang berbeda. Adi setiap bulan menyisihkan uangnya sebesar seratus ribu rupiah untuk ditabung di panti asuhan atau masjid-masjid. Bulan pertama, dia tabungkan uangnya di masjid dekat rumahnya. Bulan berikutnya, dia menabung di panti asuhan kampung sebelah. Bulan berikutnya, dia menabung di tempat pendidikan Al Quran terdekat. Demikian seterusnya hingga bulan kesepuluh. Akhirnya dia dapat juga mempunyai motor.

Secara logika, hal tersebut tidak masuk akal. Ali yang setiap bulan mengeluarkan uangnya untuk disedekahkan malah tetap bisa mempunyai motor. Bahkan dia mendapatkannya sebelum bulan kesepuluh. Sedangkan Adi yang secara rutin menabungkan uangnya di bank, malah baru bisa mendapatkan motor pada bulan kesepuluh. Ada apa gerangan sob? Sebenarnya ada hal-hal di mana logika manusia tidak dapat menjangkaunya. Ada keterbatasan pada akal manusia. Dan hanya Allah yang mampu menembus keterbatasan tersebut. Subhanallah Maha Suci Allah.

Allah telah memberi kemudahan kepada Ali karena jalan yang dia ambil adalah jalan-Nya. Allah sangat meridhoi cara Ali berusaha untuk mendapatkan motor. Dengan bersedekah, Allah tidak malah mengurangi rejeki Ali, tetapi malah menambahnya. Ali malah beruntung dua kali lipat. Keinginan duniawinya untuk mendapat motor terkabul sekaligus tujuan akhiratnya juga tidak terlupakan. Sambil menyelam minum air. Dan ternyata apa yang dilakukan Ali juga berdampak positif pada hubungan antar manusia. Dengan sedekah yang dilakukannya, dia sedikit banyak membantu hidup anak-anak yatim piatu. Dia juga membantu pendidikan siswa siswi tempat pendidikan Al Quran. Sumbangannya untuk masjid di dekat rumahnya, sangat bermanfaat untuk lebih memperindah masjid itu. Dengan demikian kenyamanan masjid terbentuk sehingga ibadah para jemaah bisa lebih khusyuk.

Sedikit banyak cerita di atas semoga bisa menjadi perenungan kita sob. Itupun kalau misalnya kita masih sulit untuk mengimplementasikannya di kehidupan kita sehari-hari di dunai ini. Semoga Allah selalu membimbing dan meridhoi jalan hidup yang kita ambil. AMIN.

Sedekah itu Indah, sob…………

KASIH ITU………
Kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu
Kasih itu tidak memegahkan diri dan tidak sombong
Kasih itu tidak melakukan yang tidak sopan
Kasih itu tidak mencari keuntungan sendiri
Kasih itu tidak pemarah
Kasih itu tidak menyimpan kesalahan orang lain
Kasih itu tidak bersukacita karena ketidakadilan
Tetapi karena kebenaran
Kasih itu menutupi segala sesuatu
Kasih itu percaya segala sesuatu
Kasih itu sabar menunggu sesuatu
Apapun yang terjadi
Kasih itu seperti angin
Tak bisa dilihat tetapi bisa dirasakan
Kasih itu tak hanya kekasih
Kasih itu bisa sahabat
Kasih itu bisa teman
Kehilangan kekasih bukan berarti kehilangan sahabat
Kehilangan kekasih bukan berarti kehilangan teman
Siapa tahu sahabat teman bisa menjadi kekasih
Dan sayangnya sedikit kekasih yang bisa menjadi sahabat teman
Ketika tidak lagi menjadi kekasih
Kasih itu………